Reporter : Moh. Darma

BONDOWOSO, Terbitan.com – Sekda Syaifullah mengaku tidak akan bekerja keras, tapi akan bekerja gila. Betapa tidak, Sekda Syaifullah mengatakan hampir 24 jam dirinya ada untuk masyarakat. Bahkan, rumah dinasnya sudah menjadi rumah rakyat. Sehingga mulai pukul 05.00-24.00 wib banyak masyarakat yang berdatangan untuk menyampaikan keluh kesah.

“Kalau saya bukan kerja keras, tapi kerja gila,” ungkapnya, Selasa (24/9/2019).

Sekda Syaifullah mengaku banyak menerima keluhan dari ASN yang mengaku selama ini kinerjanya tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah Bondowoso.

“Yang datang itu ada berbagai persoalan, guru dan staf sakit. Bahkan ada juga yang kesulitan pindah saya pindahkan, jadi banyak keluhan masyarakat,” ungkapnya.

Atas adanya aduan tersebut, Sekda Syaifullah langsung mempromosikan orang-orang yang telah datang ke rumah dinasnya maupun yang menghubunginya. Dan hanya cukup menyodorkan Curriculum Vitae kepada Sekda.

“Di HP saya banyak, mohon maaf meneteskan air mata, bapak saya beranikan diri karena saya berkarya menjadi staf 8 tahun, tapi saya tidak mendapatkan penghargaan,” ujar Sekda Syaifullah.

“Mana Cv curriculum vitae, saya promosikan mereka tanpa uang. Kalau teman-teman wartawan tahu ada sogok menyogok beritahu saya,” tambahnya.

Dia juga mengakui kalau mutasi kemarin ada kesalahan, tapi tidak fatal dan semua dilakukan dengan sangat bersih tanpa uang.
Kesalahan itu, karena SK bacanya doubel tapi SK bupati tetap satu, contohnya Sekcam Wonosari.

Selain itu, kesalahan ada guru yang dapat satu bulan dimutasi. Tapi sudah dipanggil untuk segera diperbaiki pada Dikbud.

“Yang pasti saya tidak main-main dengan mutasi dan promosinya bersih,”

Jadi seolah-olah Sekda ini tanpa melalui mekanisme dan aturan yang berlaku dalam mengangkat pejabat. Sebab, dua penilaian dasar yang menjadi rujukan mutasi tidak diberlakukan dengan maksimal. Diantaranya adalah faktor alur karier dan syarat-syarat jabatan ASN lainnya.

E-KORAN