Reporter : Moh. Darma

BONDOWOSO,Terbitan.com – Tempat karantina pasien Covid-19 sebagai bentuk dan upaya maksimal yang dilakukan oleh Gugus tugas percepatan penanggulangan Corona Virus Disiase 2019 (Covid-19) Kabupaten Bondowoso.

Hal itu, bentuk antisipasi bila ruang isolasi yang ada telah tak memadai lagi. Kendatinya, dengan melakukan peninjaun ke Gedung BLK (Balai Latihan Kerja) yang berbeda di Tangsil Kulon Tenggarang, Selasa (9/6) kemarin.

Bupati Bondowoso Drs. KH Salwa Arifin mengaku, bahwa sedianya pihaknya berencana gedung BLK ini untuk dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19.

Akan tetapi, kata dia, setelah dilakukan peninjaun, gedung tersebut kurang memenuhi syarat karena beberapa faktor. Yang pasti, gedung BLK ini tidak dirangkai seperti gedung kesehatan.

“Kurang steril. Disini tempat pelatihan, sehingga tidak fokus untuk dijadikan tempat isolasi,” ungkapnya.

Atas kesepakatan bersama, sambung bupati Salwa, pihaknya sepakat untuk tetap mengoptimalkan Rumah Sakit Paru yang berada di Pancoran Bondowoso untuk tempat isolasi pasien Covid-19.

Orang nomor satu di Bondowoso itu pun berharap virus corona ini cepat berakhir dan untuk pasien positif Covid-19 cepat sembuh.

“Mudah-mudahan yang terkena corona ini tidak bertambah, bahkan bisa menurun. Bahkan mereka cepet sembuh. Sehingga kita tidak usah menggunakan gedung ini,”harapnya.

Dalam peninjaun tersebut, Ketua Gugus Tugas yakni Bupati Salwa Arifin didampingi Wabup Irwan Bachtiar Rahmat, serta Asisten I Pemkab Bondowoso Harimas, Juru bicara Covid-19 Muhammad Imron, Kalaksa BPBD Kukuh Triatmoko dan stake holder terkait.

Juru bicara peningkatan kewaspadaan Covid-19 Kabupaten Bondowoso, dr Muhammad Imron, M.M.Kes menambahkan, bahwa untuk kelayakan tempat isolasi pasien Covid-19 ada beberapa faktor. Seperti diantaranya, luasan kamar, kelembaban ruangan dan juga pencahayaan yang juga menjadi media faktor penting.

“Kita lihat tadi, itu memang menjadi salah satu pertimbangan yang sebaiknya tidak digunakan dulu. Kalau tidak menjadi alternatif terakhir,” katanya.

Imron memaparkan, untuk tenaga medis yang saat ini merawat pasien Covid-19 di RS Paru Pancoran, hampir 95 persen dari beberapa puskesmas. Jika kemudian gedung BLK ini digunakan untuk isolasi, tentunya akan menambah personil tenaga medis.

“Kalau kita mensupport dari tenaga puskesmas lagi. Tugas-tugas yang di puskesmas untuk traising traiking juga menjadi terkendala,”paparnya.

Kemudian kata dia, di BLK ini ll tidak mensterilkan kegiatan kedinasan. Yang artinya tetap ada kedinasan, seperti kegiatan pelatihan dan lain sebagainya.

“Sehingga lokasi ini tidak bisa steril untuk isolasi murni untuk Covid,” urainya.

Kalau pun nanti terpaksa gedung BLK itu dimanfaatkan untuk dijadikan tempat isolasi. Kepala Dinas Kesehatan itu pun mengaku akan meminta support dari beberapa stake holder terkait lainnya.

Informasi dihimpun, ruang isolasi pasien Covid-19 di RS Paru Pancoran, sedikitnya ada 20 ruangan. Dan telah menampung 12 pasien. Yang berarti untuk saat ini, ruang tempat isolasi yang kosong ada 8 ruang.

“Sudah kita siapkan lagi 15 tempat, jadi total nanti disana bisa 35,”imbuhnya.

Kalau pun belum juga memadai Imron mengaku, bahwa pihaknya akan membuka rumah sakit lapangan. Yang akan didirikan di RS Paru Pancoran tersebut. Dan tentunya sudah memenuhi syarat untuk menangani pasien Covid-19.

“Jadi pakai tenda, nanti di dalamnya diisi beberapa tempat tidur. Biar kita lebih fokus satu tempat pengawasan dan penanganan,” pungkasnya.