Reporter : Admin Terbitan

SANANA, terbitan.com – Sejak kenaikan harga bahan bakar minyak 1 Oktober lalu, sebagian masyarakat Kepulauan Sula (Kepsul), Maluku Utara, masih sulit mendapatkan minyak tanah di pasaran terutama dari para pengecer.

Hal tersebut di sampaikan sala seorang warga Desa Fagudu Kecamatan Sanana yang identitasnya enggan dipublikasikan mengatakan kepada terbitan.com Sabtu (9/3) bahwa baru-baru ini terpaksa membeli langsung dari pangkalan minyak tanah. Itu pun dengan harga di atas harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah.

“Kami terpaksa membeli meski harga di atas harga biasanya,” ucapnya dengan meminta namanya dirahasiakan.

Mengenai harga jual minyak tanah yang di atas HET ini, para pemilik pangkalan di kawasan Sanana memang mengaku keberatan. Sebab, dengan harga minyak tanah yang baru, pendapatan mereka justru menurun sekitar Rp 2 per liternya. Akhirnya mereka menjual minyak tanah kepada para pengecer dengan harga Rp 5.000 per liter kepada para pembeli.

“Semua pangkalan minyak tanah di jual tidak sesuai dengan harga HET yang ditetapkan sebesar Rp 4.000 per liter. Namun, para pedagang minyak tanah menjual dengan harga antara Rp 5.000 per liternya. Padahal, khusus untuk daerah pedesaan, toleransi HET biasanya hanya mencapai Rp 600 per liter sampai Rp 7.000,” pungkasnya.

E-KORAN