Reporter : Terbitan Jakarta

BONDOWOSO, kompasjatim.com – Kampung Kaligrafi di kabupaten Bondowoso, tepatnya di Desa Penanggungan, RT/4 RW/2 Kecamatan Maesan menyajikan seni kaligrafi kontemporer.

Kampung tersebut dipenuhi dengan lukisan ayat-ayat suci Al-Quran, yang mayoritas terbuat dari bahan kayu. Mulai surat pendek, kalimat tauhid, hingga ayat yang agak panjang seperti ayat kursi.

Kampung kaligrafi ini, dulunya sangat kumuh. Kini sudah menjadi kampung yang indah, dipenuhi karya seni kaligrafi tiga dimemsi, di berbagai sudut.

Bahkan, di pintu masuk, pengunjung disuguhi bacaan basmalah. Selain itu, terdapat sebuah taman bunga kecil, yang dipagar dengan seni tulisan arab.

Hingga tempat tongkronganpun juga tak lepas dari pernak-pernik kaligrafi. Tak ayal, pemandangan tersebut menjadi sangat indah, dengan nuansa religi.

Dikatakan Achmad Zubairi, yang menggagas kampung kaligrafi, asli warga Desa Penanggungan sangat mengedukasi masyarakat setempat.

Awalnya ia berniat membagun kerukunan dan ekonomi warga sekitar, dengan mengajaknya menekuni dunia kaligrafi. Namun akhirnya, muncul gagasan untuk menciptakan Kampung Kaligrafi.

Ia sendiri, sudah sejak tahun1998 menekuni seni tersebut, dengan bekerja di sebuah galeri, di Yogyakarta. Namun kemudian ia merintis usaha sendiri.

Sementara media yang digunakan adalah bahan bekas, seperti potongan kayu bekas mebel, bekas rumah tua, kertas, sandal tidak terpakai, hingga kacang.

“Di sini ada bekas mebel, dulu dibuat kayu bakar, dibuang. Juga kayu bekas bangunan tua yang dimakan rayap,” katanya.

Adapun kayu-kayu tersebut rata-rata diperoleh dari masyarakat. Apalagi, upaya pembenahan kampung ini, merupakan murni hasil swadaya.

“Karya ini murni, hasil karya saya sendiri, tanpa lihat di google, atau lihat di panduan khattot. Setiap karya pasti berbeda, ini kaligrafi kontemporer, tanpa berpatokan pada buku panduan,” jelasnya.

Selain dijadikan hiasan di kampungnya, karya-karya Zubairi juga banyak yang dijual ke berbagai daerah. Mulai Yogyakarta, Semarang hingga ke Batam, dan berbagai daerah lain.

Sementara kisaran harga, mulai yang paling kecil harga Rp 5.000 hingga Rp 6.000.000, tergantung ukuran, bahan dan kerumitannya. Ia juga sudah mempekerjakan empat orang.

Di kampung itu, ia juga mengadakan kursus kaligrafi gratis setiap Jumat sampai Minggu, kepada anak-anak. Tujuannya agar punya keahlian, dan ada generasi.

“Kampung Kaligrafi di Bondowoso masih terbilang 40 persen, karena masih diakukan perbaikan-perbaikan, termasuk menambah karya kaligrafi kontemporer. Namun pengunjung sudah mulai berdatangan, walau hanya sekedar berswafoto,” pungkasnya

E-KORAN