Reporter : Terbitan Banten

TANGERANG, terbitan.com – Pasokan air di sejumlah wilayah Kabupaten Tangerang semakin susut menyusul semakin meluasnya kekeringan akibat dampak kemarau. Warga yang ada di daerah mengalami krisis air membutuhkan pasokan air untuk menyelamatkan lahan pertanian para petani dan keberlangsungan hidup.

Hal tersebut dirasakan petani yang tergabung dalam kelompok tani (Poktan) Buaran Asem Tengah, Desa Tanjung Anom, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang. Sedikitnya, ada 17 hektare lahan persawahan padi yang kesulitan air.

Muhamad Syafei (45), Ketua Poktan mengatakan, saat ini, dari 37 hektare lahan padi di kawasan itu, hanya ada 20 hektre yang masih dapat ditanam padi. Itu pun, harus berbagi air dengan poktan lain.

Kini, lahan persawahan padi petani para anggotanya terancam kekeringan. Menurut Syafei, selama beberapa hari sekali, pihaknya baru bisa menerima jatah air sungai. “Sebab, saluran air dibendung petani lain, untuk mengairi sawah mereka juga,” jelasnya.

 Dikatakan Syafei, jika kekurangan air sungai terus-menerus, ia berencana tidak menanam padi pada musim tanam Oktober, Maret atau disingkat Okma. Tapi, ia berharap hujan dapat turun mulai Agustus mendatang. “Jadi, kami dapat bertani dengan tenang, tidak khawatir kekeringan,” ucapnya.

Sementara itu, Sukandar, Penyuluh pada Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Tegal Kunir, Kecamatan Mauk Kabupaten Tangerang mengakui para petani di Desa Tanjung Anom, terancam kekeringan. Saat ini, ungkapnya, dari lahan persawahan di desa tersebut seluas 216 hektare, hanya sekitar 170 hektare, yang dapat ditanam padi. “Sisanya tidak ditanami padi,” tambahnya.

Sukandar menyebutkan kondisi saluran air tersier Sungai Cisadane belum dapat memenuhi kebutuhan air ke seluruh lahan persawahan padi secara serentak. Penyebabnya, kata Sukandar, kondisi infrastruktur saluran air. “Yakni akibat pendangkalan dan kondisi turap saluran air yang banyak rusak,” pungkasnya.

Penulis: Ayatullah C
Editor: Ananta Putra

E-KORAN