Reporter : Moh. Darma

BONDOWOSO, Terbitan.com – Bantuan air bersih dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur, diberikan langsung oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa, kepada warga di dusun Jumas, Desa Gayam, Kecamatan Botolinggo, Kamis (11/7/2019)

Menurut Khofifah, bantuan air bersih diberikan sebagai bentuk antisipasi di musim kemarau panjang. Sebagaimana disampaikan BMKG, bahwa puncak kemarau musim ini akan terjadi sekitar bulan Agustus.

“Ada 24 kabupaten yang mengalamai kekeringan di beberapa desa. Ada 180 desa. Menurut BMKG itu kan puncak kemarau nanti di bulan Agustus. Jadi bulan Juli ini masing-masing melakukan antisipasi,” ungkapnya.

Ia mengakui bahwa bantuan tandon air yang diberikan ke Bondowoso tak bisa bersifat permanen. Maka opsi menyiapkan sumur bor adalah opsi strategis.

Lanjut Khofifah, di dusun Gayam disaat musim hujan pun problem air bersih ternyata juga masalah. Sementara jika pipanisasi bisa disiapkan, tapi sumber airnya agak jauh.

“Jadi karena saya juga datang bersama kadis PU Bina Marga, dan Kadis ESDM, dan BPBD. Saya harap besok sudah ada utusan dari Pemkab Bondowoso terutama adalah Sekda dan Bappeda untuk segera dibuat pemetaan,” katanya.

Ditempat yang sama, Bupati Salwa Arifin mengatakan, setiap musim kemarau selalu saja di desa Gayam ini kekurangan air. Oleh karenanya, pihaknya mengharapkan agar Pemprov bisa memfasilitasi pembuatan sumur bor di wilayah timur Bondowoso itu.

“Bahkan masyarakat masih meminta Bu. Untuk menanggulangi tentang rawan air bersih ini, masyarakat ini butuh sumur bor,” jelasnya.

Kepala BPBD Bondowoso, Kukuh Triatmoko, mengatakan, air bersih yang diberikan ke dusun Jumas, desa Gayam yakni mencapai tujuh tangki. Masing-masing berkapasitas 4 ribu liter.

“Kebutuhan masyarakat per hari nya 30-40 liter air. Dari tujug tangki dengn kapasitas masing-masing 4000 liter, maka ada 28ribu liter. Jumlah itu dibagi 20 sudah melebihi dari jumlah jiwa yang ada disini. Kalau KKnya sekitar 300an dengan jumlah jiwa sekitar 967 jiwa,” ungkapnya.

Adapun jumlah daerah yang rawan kekeringan di Bondowoso, kata Kukuh, jika melihat data dari peta kerawanan yang dibuat tahun 2016, ada 16 kecamatan yang berpotensi kekeringan. Kemudian saat ini tinggal 46 desa, dan beberapa desa lainnya telah dibantu dengan perpipaan dan sumur bor.

Disebutkannya bahwa pada dua tahun terakhir ini ada empat kecamatan yang mengalami kekeringan parah. Yakni Kecamatan Wringin, Botolinggo, Klabang, dan Pakem. (Dharma)