Reporter : Terbitan Jatim

BANYUWANGI, Terbitan.com – Ketua Presidium Indonesia Police Wacth (IPW) Neta S Pane menuding mantan Komisioner KPK Bambang Widjojanto bersikap post power syndrome. Sehingga mengadu domba internal KPK dan mengadu domba antara KPK dengan Polri, melalui pernyataan ngawurnya soal peran Novel Baswedan dalam penangkapan buronan Nurhadi.

“Bambang Widjojanto jangan mencoba membuat intrik dan politik belah bambu, dengan memuji muji Novel Baswedan dalam penangkapan mantan Sekretaris MA Nurhadi. Seolah penangkapan itu hasil kerja Novel pribadi. Padahal, sejak Nurhadi buron, KPK sudah meminta bantuan Polri, untuk sama sama memburu mantan Sekretaris MA itu,” sergah Neta S Pane, dalam siaran pers nya yang dia kirim ke media ini, Kamis (4/6/20).

Lanjut Neta, hingga di pertengahan Pebruari 2019, Nurhadi terlacak keberadaannya sedang melakukan sholat duha di sebuah masjid di Jakarta. Namun yang bersangkutan berhasil kabur sewaktu hendak ditangkap. “Sedikitnya lima kali Nurhadi terpantau di lima masjid, tapi tetap lolos dari penangkapan,” paparnya.

Dibeberkan Neta, berbagai info tentang Nurhadi disampaikan masyarakat ke KPK. Bahkan dari pantauan IPW, setiap informasi tentang keberadaan DPO dilacak KPK dengan serius. Sekaligus semua info diikuti KPK dengan cermat. Hingga Senin malam lalu, Nurhadi berhasil ditangkap.

“Bagi KPK pimpinan Komjen Firli, semua info yang masuk selalu diposisikan sebagai sesuatu hal yang penting, sehigga dibahas bersama tim. Dalam hal ini, tidak ada individu yang dominan, apalagi merasa sok hebat sendiri. Seperti keberadaan Nurhadi kemarin, KPK sudah mendapat info sejak Senin siang hari dan terdeteksi masuk ke rumah yang disewanya di Simpruk Jakarta Selatan pada sore hari dan malamnya dilakukan penggeledahan dengan melibatkan semua unit kerja di KPK. Termasuk melibatkan satu regu anggota Polri berseragam dan lengkap dengan senjata laras panjang” beber Neta.

Bahkan, anggota Polri juga ikut mengawal jalannya penangkapan Nurhadi untuk mengantisipasi situasi. Sebab ada isu yang beredar bahwa selama ini Nurhadi berlindung pada seorang oknum. Namun dalam penangkapan malam itu IPW menilai, tim KPK dan Polri bekerja profesional dengan menjunjung tinggi kepastian hukum serta menghormati HAM,” tandas Neta.

Dalam persoalan ini, IPW berharap sinergi tim KPK dan Polri bisa semakin mantap dan solid kedepan agar oknum oknum yang melindungi DPO menjadi ciut nyali. Tidak seperti KPK di era sebelumnya yang cenderung mengabaikan keberadaan Polri dan merasa sok hebat sendiri.

“Sebab itu menjadi sangat aneh, jika mantan pimpinan KPK Bambang Widjajanto tiba tiba memuji muji Novel Baswedan setinggi langit, dalam penangkapan Nurhadi. Seolah olah penangkapan itu hasil kerja pribadinya Novel sendiri. Bambang ini seolah olah mimpi di siang bolong dengan post power syndromenya dan mencoba menciptakan pahlawan kesiangan,” lontar Neta drngan nada pedas.

Dalam kasus ini, IPW memberikan apresiasi atas solidnya kinerja tim KPK dan Polri dalam penangkapan buronan Nurhadi. Dengan solidnya Tim KPK tidak ada lagi pahlawan kesiangan, tidak ada lagi figur yang merasa sok hebat sendiri dan tidak ada lagi perpecahan di tubuh KPK serta tidak ada lagi Polisi Taliban dan Polisi India di lembaga anti rasuha tersebut.

“Bambang yang sudah “di luar pagar” jangan lagi post power syndrome untuk menguasai dan merecoki KPK. Lebih baik Bambang Widjojanto bekerja profesional dalam mengurusi jabatannya sebagai Ketua Komite Pencegahan Korupsi di Pemprov DKI Jakarta, misalnya memantau dugaan korupsi di balik dana bansos atau banyaknya masalah di balik penyaluran Bansos di Jakarta, ketimbang post power syndrome terhadap KPK. Toh Bambang sudah digaji besar oleh Pemprov DKI Jakarta,” tegas pria yang pernah menggeluti dunia jurnalistik ini. (HS)