Reporter : Moh. Darma

BONDOWOSO, Terbitan.com – Kasus yang terjadi pada pelayanan rumah sakit daerah (RSD) dr.H. Koesnadi, yang diduga tidak serius menangani pasien yang sakit, akhirnya didengar oleh DPRD Bondowoso.

Anggota Komisi IV DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajad, menyesali tindakan pihak RSD Koesnadi. Seharusnya pihak rumah sakit yang dibiayai APBD melakukan tindakan yang ceroboh dan membiarkan pasien tidak segera mengambil tindakan.

“Setiap kali raker bersama RSD, kami menekankan peningkatan kualitas khususnya di pelayanan, kendala terkait masalah diatas adalah kurangnya dokter spesialis di RSD kita, ke depan akan kita evaluasi kembali,”kata Politisi PDI Perjuangan ini.

Terkait alasan kekurangan dokters spesialis, pihaknya mengancam akan menghentikan program fisik yang ada di RSD tersebut.

Sementara seluruh anggaran akan dialokasikan ke pengadaan dokter spesialis. Jika hal itu menjadi pilihan yang terbaik untuk pelayanan kepada masyarakat.

“Ya, kalau perlu akan kita rekomendasikan untuk stop pembangunan fisik. Agar fokus dulu untuk melengkapi dokter spesialisnya,” kata ketua Fraksi PDIP DPRD Bondowoso ini.

Selain itu, kualitas tampilan harus sesuai dengan kualitas pelayanan dan ketersediaan dokter spesialis.

“Masak sih bertahun tahun masih saja belum mampu membuat daya tarik kepada dokter spesialis untuk masuk ke Bondowoso, kendalanya apa?,”punhkasnya.

Terpisah Kepala Dinas Kesehatan Bondowoso H. Muhammad Imron menyampaikan bahwa Para dokter spesialis sebenarnya tidak sesulit yang diperkirakan

“Tidak sesulit yang kita pikirkan untuk mengabdi di Bondowoso, hanya saja perlu perhatian Pemkab untuk insentif atau tambahan pendapatan para dokter tersebut perlu dipertimbangkan,” katanya.

Imron berharap Dari Aspek manajemen dan Dewas ( Dewan Pengawas ) sudah semestinya melibatkan Dinkes, Kelompok masyarakat, teman media/LSM untuk FGD agar ada kontribusi untuk kebaikan RSU ke depan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Pelayanan di Rumah Sakit RS dr. Koesnadi Kabupaten Bondowoso kembali dikeluhkan masyarakat. Pasalnya pasien yang bernama Agas Dwi Nursiam warga desa Gunung Anyar, kecamatan Tapen, diduga ditelantarkan selama 4 hari. Karena diduga tak segera ditangani secara serius, sehingga keluarga kecewa dengan pelayanan RS setempat.

Penegasan itu disampaikan oleh Tarid Efendi, salah satu keluarga dari pasien bahwa Agas sapaannya masuk RS Koeanadi sejak, Senin (12/8/2019) sore.

“Kami kecewa Agas tidak segera ditangani dengan serius sampai 4 hari menunggu untuk mendapatkan penanganan. Alhasil, pada Kamis, (15/8/2019) Agas ternyata dipindahkan ke RS Soebandi Jember,” ungkapnya.

Sampai berita ini ditayangkan Diriktur RSUD belum menjawab ketika dihubungi terkait keluhan masyarakat. atas pelayanan RSD yang diduga mengecewakan masyarakat.

E-KORAN