Reporter : Admin Terbitan

TANGERANG, terbitan.com – Ternyata, tdak semua ibu-ibu dan warga memprotes keberadaan ” bank keliling” alias bangke. Sejumlah pembaca terbitan mengaku merasa terbantu dengan kehadiran bangke.

Ini seperti dituturkan Adit firmansyah. Katanya, ibu-ibu tidak akan pinjam ke rentenir “bank keliling” kalau kebutuhan keuangan rumah terpenuhi oleh suami. “Kan bukan mikir buat perut saja. Buat anak sekolah dan lain-lain. Kalau mereka nggak minjam, lalu darimana lagi. Mending kalau punya sawah bisa dijual,  yang nggak punya bisa apa? Mau pinjam ke tetangga, seribu satu tetangga yang mau nolong di saat susah,” ujarnya dalam postingan ke FB redaksi terbitanbanten.com.

Hal senada diungkapkan Dian Apriliani, pembaca lainnya. Menurutnya, ada sisi baik dan buruknya keberadaan “bank keliling” itu. “Kita enggak bisa menghakimi instansi pinjaman secara sepihak. Karena saya sendiri selaku IRT sekaligus pengusaha bisnis online shop sangat terbantu dengan adanya koperasi di wilayah saya,” tuturnya dalam postingan di FB redaksi terbitanbanten.com.

Dia lalu cerita mengawali bisnis dari kredit baju. Lalu ada pihak koperasi yg datang menawarkan pembiayaan.
“Sampai sekarang Allhamdulillah, bisnis saya bukan cuma kreditan. Make up, elektronik, dan lain-lain dari satu koperasi saja,” tulisnya.

Jadi, menurut Dian, berarti tergantung peminjamnya. Kalah orang yang haus hutang, maka semua bank baru akan selalu dihutangi. Soal kasus “bank keliling” di Desa Kedung dan Onyam Gunung Kaler Kabupaten Tangerang, menurutnya itu ulah dan karakter orangnya yang haus dengan hutang. “Kalau kita pakai untuk usaha pasti terputar dengan baik. Beda kalau hutang dipake untuk konsumtif atau bayar hutang lagi,” tambahnya.

Menurutnya, tidak semua koperasi menjadi momok mengerikan. Pasalnya ada beberapa koperasi yg mau memberikan perkecilan angsuran, bahkan dibebaskan dari hutangan, jika memang kondisi fisik dan usaha sudah tidak lagi produktif.

“Bahkan, tetangga suami saya di Renged Kresek Tangerang dibuatkan rumah secara gratis karena rmhnya sudah tidak layak untuk tinggal,” ungkapnya. Untui itu, dia minta kasus “bank keliling” ini harus dilihat dari dua sisi. Jangan hanya menyudutkan satu pihak.

“Ada baiknya tabayyun bersama pemilik “bank keliling” kan ada penanggung jawabnya. Buat forum di desa atau kecamatan jika memang dirasa sudah melewati batas darurat. Siapa tahu ada lembaga abal-abal yang nggak punya izin operasional,” jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, jeratan rentenir berkedok koperasi simpan pinjam alias “bank keliling” telah menjadi momok menakutkan bagi para ibu rumah tangga (IRT) di Desa Onyam Kecamatan Gunung Kaler Kabupaten Tangerang. Mereka yang kesulitan membayar angsuran ke “bank keliling” itu terpaksa harus kucing-kucingan menyembunyikan diri.

E-KORAN