Reporter : Admin Terbitan

TANGERANG, terbitan.com – Di tengah modernisasi dan arus globalisasi, Desa Kubang Kecamatan Sukamulya Kabupaten Tangerang masih melestarikan warisan budaya turun-temurun. Tradisi itu adalah ruwatan bumi yang merupakan peninggalan nenek moyang sejak ratusan tahun lalu.

Saat ini, Kades Kubang Sukarna sedang menyiapkan hajat tahunan itu. Menurut Sukarna, rencananya kegiatan ini akan diadakan tiga hari tiga malam mulai tanggal 20-23 April 2019. Kegiatan ini juga akan dihadiri Bupati Tangerang, Ahmed Zaki Iskandar. “Tradisi ini merupakan manifestasi rasa syukur kepada Allah Swt atas segala yang telah diperoleh dari hasil bumi,” ujar kades yang dikenal familiar ini.

Menariknya, ajang ini menjadi agenda budaya dan parawisata Pemkab Tangerang. Karena itu, pihaknya akan terus mempertahankan tradisi masa lalu ini agar tetap terpelihara dengan baik.

Kades yang akrab disapa Kades Nana ini mengatakan, jika tradisi yang baik ini tidak dilestarikan akan menghadapi kepunahan. “Apalagi di tengah modernisasi dan globalisasi yang sulit untuk dibendung seperti sekarang,” ujarnya.

Kades Nana bercerita, dalam pelaksanaannya, ruwatan bumi akan diawali dengan pawai taarub keliling desa. Lalu diadakan lomba tumpeng antar RT. “Hal ini juga sekaligus sarana silaturahmi antar warga,” ujar Kades seraya mengatakan Kubang selama ini dikenal dengan nasi kebulinya.

Selanjutnya, prosesi doa dipimpin tetua kampung diikuti oleh warga setempat. Mereka akan bersama berkumpul di lapangan. “Tradisi ini memang sempat tidak diadakan beberapa tahun lalu, tapi kini saya berinisiatif menghidupkan lagi,” ujarnya.

Kini, pihak panitia sedang menyiapkan beragam acara yang akan diadakan. Sebab, selain pawai taarub, lomba tumpeng dan doa bersama, juga ada agenda lain yang diadakan. Yakni, parade kesenian tradisional yang hampir punah seperti topeng, lenong, bela diri tradisional dan beberapa yang lain.

“Puncaknya, kami akan adakan tablig akbar dan santunan yatim piatu dan santuna bagi para janda jompo yang ada di desa Kubang,” jelas Kades Nana.

Sekedar diketahui, ruwatan berasal dari kata ruwat atau ngarawat (bahasa Sunda) yang artinya memelihara atau mengumpulkan. Makna dari mengumpulkan adalah mengajak masyarakat seluruh kampung berikut hasil buminya untuk dikumpulkan, baik yang masih mentah maupun yang sudah jadi atau dalam taraf pengolahan. Tujuannya selain rasa syukur tadi sekaligus sebagai tindakan tolak bala dan penghormatan terhadap para leluhurnya.

E-KORAN