Reporter : Admin Terbitan

PURBALINGGA, terbitan.com – Di hari terakhir pelatihan membatik, Rabu (6/3) di balai Desa Tlahab Kidul Kecamatan Karangreja yang diikuti 30 peserta dari dua Desa yaitu Tlahab Lor dan Tlahab Kidul menghasilkan perajin batik yang siap bersaing dipasaran. Pelatihan tersebut atas inisiasi dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Purbalingga. Pelatihan tersebut diadakan tiga hari mula 4 Maret lalu hingga hari ini.

Sekretaris Dinperindag, Pandi yang hadir mendampingi pelatihan tersebut mengatakan, perajin batik Purbalingga harus mampu melakukan seluruh proses pembatikan mulai dari pengerjaan pola, nyanting, cap, pelorodan sampai ke finishing hingga menjadi selembar kain batik. Menurutnya, skill tersebut harus dimiliki agar Purbalingga tidak bergantung dari daerah lain tentang stok batik.

”Panjenengan harus bisa mengerjakan semua proses pembatikan hingga menjadi selembar kain batik. Jadi kita tidak harus bergantung pada stok di daerah lain lagi,” kata Pandi.

Pandi menambahkan, kedua Desa tersebut bisa menjadi sentra batik baru di Purbalingga. Peluang tersebut didapat karena baru ada 9 Desa dan 500 pembatik yang diketahui menjadi pusat batik Purbalingga. Hal itu dirasa kurang karena saat ini batik sudah menjadi trend di masyarakat.

“Baru ada 9 Desa dengan 500 pembatik di Purbalingga. Nah, ini bisa menjadi peluang emas untuk Tlahab Lor dan Tlahab Kidul untuk mengembangkan sentra batik,” imbuhnya.

Sementara itu, Kasi Industri Agro Dinperindag Purbalingga Budi Baskoro berujar, walaupun kerajinan batik di Purbalingga sudah ada sejak zaman Diponegoro, Purbalingga hanya menjadi daerah sub-ordinat dari Banyumas untuk kerajinan batik. Pembatik yang berasal dari Desa Dagan, Tlagayasa, Limbasari dan Galuh hanya menjadi pekerja pelaku usaha batik di Kabupaten Banyumas.

”Saat ini kami Pemkab Purbalingga terus melakukan pendampingan kepada pembatik kita sehingga bisa membatik hingga akhir proses. Karena pembatik kita dulu hanya membatik hingga proses nyanting atau cap dan proses akhirnya ada di Banyumas/Sokaraja. Semoga pembatik di Purbalingga akan lebih mandiri ke depannya,” ujar Budi.

Salah satu peserta pelatihan dari Tlahab Lor, Turyati mengaku senang dengan adanya pelatihan tersebut. Dia berharap di kemudian hari akan menjadi pengusaha di bidang batik dan meminta kepada pihak terkait untuk ikut memasarkan produknya nanti.

”Kalau kami sudah terjun di dunia batik ini semoga dinas terkait bisa membantu kami memasarkan produk. Sehingga, kami akan terus berdaya dan secara ekonomi kami bisa tertata,” pungkasnya.

E-KORAN