Reporter : Admin Terbitan

PATI, terbitan.com – Keberadaan pondok pesantren (ponpes) di Jawa Tengah yang mencapai lebih dari 4 ribu bakal menjadi kekuatan ekonomi Indonesia, khususnya provinsi ini. Bahkan pengembangan ekonomi berbasis ponpes bakal ikut andil dalam pengentasan kemiskinan di Jateng.

“Salah satunya adanya program ekonomi pondok pesantren (ekotren) yang mencakup berbagai bidang usaha, akan meningkatkan ekonomi ponpes sekaligus kemandirian santri dalam berwirausaha,” ujar Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen, saat sarasehan “Pendidikan dan Perekonomian Modern dalam Perspektif Islam dan Rahmatan Lil Alamin”, di Markas Yayasan Tirto Buwono, Desa Tlutup, Kecamatan Trangkil, Pati, Jumat (8/3/2019).

Ia menyebutkan, keberadaan 4.759 ponpes di Jateng dengan sekitar 600 ribu santri bakal menjadi kekuatan ekonomi. Sehingga karakter para santri yang sudah baik, diimbangi dengan kesiapan para santri menghadapi tantangan ekonomi, di tengah kemajuan teknologi dan industri global seperti sekarang dan yang akan datang.

Berbagai upaya pun dilakukan Pemprov Jateng guna mendukung dan mendorong pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), termasuk UMKM di lingkungan ponpes. Di antaranya berupa bantuan bibit untuk sektor pertanian, pelatihan, pengemasan hingga pemasaran produk UMKM, membantu mengurus perizinan Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT), sertifikat halal, dan lainnya, serta bantuan kredit modal usaha melalui Kredit Mitra 25 Bank Jateng.

“Pada periode tahun 2018-2019, kami menyiapkan PIRT dan sertifikat halal untuk 100 UMKM secara gratis, kemudian 2020 ditingkatkan menjadi 500 UMKM termasuk pondok pesantren. Bagi pondok pesantren yang memiliki usaha dan ingin mengurus PIRT dan sertifikat halal, datang ke Pemprov dan semua gratis. Ini upaya untuk berkembangnya UMKM di Jawa Tengah,” beber pria yang akrab disapa Gus Yasin ini.

Putra ulama kharismatik KH Maimoen Zubair itu mengatakan, pendidikan di pondok pesantren harus terus dilestarikan dan dikembangkan, dengan tidak meninggalkan era atau selalu mengikuti zaman. Artinya ponpes tidak hanya berkualitas di bidang syariat dan pengetahuan agama, tetapi juga paham ekonomi dan melek teknologi

“Ilmu syariat yang terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, seperti era revolusi industri 4.0 sekarang ini, kita semua dituntut untuk mengetahui dan melek tentang industri. Mulai dari teknologi, mekanik, dan sebagainya,” pintanya.

Menurut Wagub, semua sepakat apa yang dipelajari di pondok pesantren sudah baik. Bahkan, ketika pada perkumpulan ulama tingkat dunia di Lebanon beberapa tahun lalu, mereka menyepakati pendidikan pondok pesantren yang ada di Indonesia adalah yang masih memahami Al Quran-Hadis kontekstual. Artinya pemahaman Al Quran-Hadis di pondok pesantren Indonesia tidak diragukan lagi.

“Maka sampai saat ini, negara Indonesia khususnya pondok pesantren, dikunjungi para ulama dari berbagai penjuru dunia,” tandasnya.

E-KORAN