Reporter : Admin Terbitan

DEMAK, terbitan.com – Kehadiran Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen dalam Lailatul Ijtima’ NU dan Khataman Yasin Fadhilah Robitoh Sarifah Guntur Karang Tengah di serambi Masjid Muqorrobul Muhsinin Karang Tengah, Demak, Sabtu (4/5/2019) malam langsung disambut Banser Ansor dan pengurus Ranting NU. Mereka berdiri berjajar menyanyikan lagu “Yalal Wathon” dan Mars Banser.

Di hadapan ratusan jemaah, Gus Yasin, sapaan akrab wagub, mengapresiasi kegiatan lailatul ijtima’ yang tidak semua pengurus NU di tingkat kecamatan maupun desa menggelarnya. Karena, lailatul ijtima’ menjadi sarana silaturahmi untuk menjaga sikap saling menghormati dan mengantisipasi perpecahan maupun pengelompokkan di kalangan umat dan masyarakat.

Jemaah pun diminta untuk berbangga hati, karena menjadi jam’iyyah organisasi NU yang menjadi garda terdepan dalam membangun bangsa dan membentengi umat agar tetap dalam golongan ahlussunnah wal jamaah.

Dalam kesempatan itu, Gus Yasin juga menyoroti kesalahan anggapan di masyarakat, yang masih mengartikan sama antara dakwah dan amar makruf nahi munkar. Padahal, substansinya berbeda.

“Ada salah persepsi, dakwah itu mengajak kepada orang yang belum bersama kita (Islam). Tetapi, kalau sudah bersama, namanya amar makruf nahi mungkar. Contohnya, dakwah ayo mondok itu untuk yang belum pernah nyantri di pondok pesantren. Kalau amar makruf nahi mungkar, ya untuk santri, menjelaskan kalau di pondok itu tidak boleh memakai HP, misalnya,” kata Gus Yasin.

Menyangkut ibadah seseorang, mantan anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah ini mengingatkan jam’iyyah NU agar tidak memberikan pernyataan jika ibadah seseorang tidak akan diterima Allah SWT. Karena, diterima atau tidaknya amal ibadah seseorang itu menjadi hak prerogratif Allah SWT. Warga NU juga diminta untuk tidak menjelekkan orang lain, tetapi harus menjadi teladan bagi masyarakat.

“Lailatul ijtima’ itu tidak lagi bahas soal NU, tetapi masalah yang sedang terjadi. NU itu kan gudangnya orang faqih, orang yang tahu ilmu agama. Hanya, banyak yang belum berani tampil. Buatlah lailatul ijtima’ mengkaji apa saja, fiqih, hadis, tafsir, akhlak. Sehingga NU bisa memberikan warna di masyarakat,” tandasnya.

E-KORAN