Reporter : Admin Terbitan

ACEH, terbitan.com – Dunia pendidikan Indonesia kini dikejutkan oleh keinginan Seorang Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan kebudayaan RI ‘Puan Maharani’. Dalam keinginan yang ia canangkan, ia berkeinginan untuk Impor Guru dari luar negeri. Gagasannya itu disampaikan nya pada MusrembangNas, Jakarta Kamis (09/05) seperti dilansir CNN Indonesia dan Antara

Dalam pemaparannya, Puan Maharani tak sungkan mengatakan akan mengajak Guru dari luar untuk mengajar di Indonesia, Menurut nya lagi, masalah kendala bahasa pihaknyaa mengaku siap menyediakan ahli penerjemah.

Namun disayangkan, Niat baik nya itu tak selamanya dianggap benar dan final, serta tak bebas dari kritik dan masukan dari berbagai pihak.

Termasuk Kritik yang dilontarkan oleh Calon akademisi Hukum asal universitas Malikussaleh Aceh. Menurutnya, terdapat beberapa kejanggalan atas keinginan sang menteri, diantaranya dari segi Kualitas pendidikan, pengurasan anggaran, dan kepercayaan diri tenaga pendidik.

“Mentri Puan Maharani boleh saja ber i’tiqad baik namanya juga Menteri, Cuma kan analisis dan pematangan itu perlu dilakukan,” Ucap Arwan Syahputra, Mahasiswa Hukum Asal Universitas Malikussaleh Aceh, Jum’at (10/05/2019).

Tambah Arwan, tentang analisis dan pematangan terkait 3 Point penting.

“Nah, kalau lah Kita Undang Guru dari luar negeri,
1. Kualitas Pendidikan kita dianggap rendah oleh Asing, karena tak mampu memproduksi Guru profesional dan proporsional.
2. Anggaran kita pasti terkuras, emang sarana dan prasarana pendidikan kita sudah bagus semua?, Maka ini lebih penting dan harus di utamakan dulu
3. Tenaga pendidik Nasional kita pasti minder, Karena ia merasa tidak mampu seperti yang kita undang, dan ini sangat ganjal kalau keinginan buk Menteri di realisasikan” Jelasnya.

Berdasarkan analisis nya, Indonesia tak perlu Import Guru, hanya Cukup Perbaharui Sistem pendidikan.

“Iya, mana-mana saja Yang kurang, itu tambah kan atau diperbaiki, dan masalah internal kita tak perlu terekspos ke luar negeri, apalagi masalah pendidikan, karena tujuan Guru Bagus! Pasti melahirkan Pelajar yang hebat, Dengan kita jalankan Kurikulum 2013 dimana siswa dituntut lebih aktif, maka itu pun mendorong kondusifitas pendidikan kita,” Terang lagi.

Arwan, Selaku Mahasiswa menyadari, adanya Revolusi 4.0 menuntut Indonesia mampu berdaya saing.

“Memang adanya Revolusi 4.0 menuntut kita berdaya saing tinggi dan mampu berbahasa Asing, namun semua itu diperoleh bukan dengan impor guru dong, tapi tingkat kan Kualitas pendidikan, naikkan upah guru honorer, biar mereka sejahtera dan semangat menjadi guru profesional,” katanya.

Ia mengungkapkan bahwa pada masa SMA nya, masih ada Guru lokal yang berwawasan global, seperti Adanya Guru menguasai bahasa Prancis, Japan, dsb.
Itu menarik kesimpulan bahwa masih ada bibit internal perlu di tingkatkan.

Diakhir komentar nya, ia mengatakan inti dari semua nya jalankan amanah konstitusi tentang dana pendidikan.

“Anggaran pendidikan wajib dilaksanakan dan jangan ngaur tidak jelas,Sarana prasarana, beasiswa, dan sertifikasi guru tingkat kan, bukan dengan solusi Impor melulu, karena Konstitusi kita telah jelas menyatakan pasal 31 ayat 4 UUD 1945 ‘Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional,” Tegasnya.

Ia menekankan sekali lagi, bahwa Adanya import Guru, sama saja mengatakan Pendidikan Indonesia masih lemah, dan memalukan bangsa sendiri.

E-KORAN