Reporter : Admin Terbitan

TANGERANG, terbitan.com – Sejak tahun lalu, Menteri Pembangunan Desa Tertinggal dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo sudah melakukan penandatanganan Nota Kesepamahaman (MoU) dengan Perpustakaan Nasional RI di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional di Jakarta.

MoU ini untuk pengembangan perpustakaan desa yang pendiriannya bisa menggunakan Dana Desa. Menurut Menteri PDTT itu, pengembangan perpustakaan desa sangat penting karena mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia di desa.

Hal ini menjadi tema diskusi informal puluhan pemuda bersama para penggiat Komunitas Nulis Eksis (Koneks) di Saung Wedang Jahe, Renges Kresek Tangerang, Senin (27/5).

Diskusi juga dihadiri sejumlah penggiat taman baca, diantaranya H. Suminta, Pendiri Taman Baca Harmoni Aswaja Kresek Tangerang, Ketua LSM Gerak Kabupaten Tangerang Sahari, Komunitas Neon Gang, sejumlah anggota GP Ansor dan Banser serta  sejumlah tokoh.

Dalam diskusi itu, banyak pihak menyayangkan masih banyaknya kepala desa di Tangerang yang belum mau menindaklanjuti MoU Kemendes PDTT dengan Perpusnas tersebut.

“Saya lihat seperti di Kresek Tangerang, banyak desa tidak punya perpustakaan. Ironisnya, program yang sangat penting dan menjadi unggulan menteri malah terkesan diabaikan,” kata Ketua Umum Komunitas Nulis Eksis (Koneks), Ananta Putra.

Justru, kata Putra, yang terjadi,  masyarakat umum dan para penggiat literasi lah yang bersemangat mendirikan taman bacaan. Mereka dengan modal terbatas tetap semangat mendirikan taman bacaan yang digratiskan kepada masyarakat.

“Banyak kawan-kawan saya yang mendirikan taman baca di tengah-tengah warga secara mandiri, mengandalkan modal pribadi dan donatur. Mereka tidak pernah dapat bantuan pihak desa sebab selama ini banyak kades yang tidak peduli dengan program seperti ini,” ungkap Putra yang juga Pemimpin Redaksi terbitanbanten.com dan infotangbar.com ini.

Padahal, pembangunan desa bukan hanya infrastruktur saja, tapi juga peningkatan SDM. Salah satunya dengan menyediakan buku berisi pengetahuan yang dibutuhkan desa setempat. “Itulah pentingnya ada perpustakaan desa sehingga bisa menjadi sumber pengetahuan warga. Caranya, bisa mengalokasikan Dana Desa untuk membangunnya,” ujarnya.

Menurutnya, buku-buku yang bertema lifeskill sangat dibutuhkan warga desa, seperti cara beternak kambing, ayam, itik, kiat berkebun, tips beternak ikan dan lainnya. Selain itu buku-buku bertema ekonomi seperti kiat usaha kelontongan, budidaya tanaman dan lainnya.

“Intinya, bisa dipilih buku-buku pengetahuan mengenai ketrampilan yang bisa mereka kembangkan dalam kehidupan sehari-hari,” terang Putra seraya menerangkan, perpustakaan desa bisa menjadi tempat diskusi warga tentang berbagai hal yang menunjang kreativitas dan produktivitas warga.

Untuk itu, dia mendorong para kepala desa mau menyisihkan Dana Desa yang dimiliki untuk membangun perpustakaan desa atau taman bacaan di desanya masing-masing.

E-KORAN