Reporter : Moh. Darma

BONDOWOSO, Terbitan.com – Usai mengikuti Video Confrence di Aula Sabha Bina, Rabu (8/4/2020), Sekretaris Daerah (Sekda) Syaifullah ketika dikonfirmasi media mengatakan, di Bondowoso mendapat jatah pupuk bersubsidi sekitar 21 ribu ton.

Dengan rincian yakni pengurangan 50 persen dari jatah tahun lalu, menjadi 18ribu ton. Ditambah dengan revisi RDKK sekitar 2.800 ton. Adapun harga sebagaimana HET untuk urea bersubsidi yakni Rp 1.800 per kilogram.

Maka pihaknya tak segan akan menutup penyalur pupuk bersubsidi yang terbukti nakal. Artinya, penyalur tersebut memainkan harga pupuk bersubsidi di atas Harga Eceran Tertinggi (HET).

“Pertama akan ada surat tegas kepada penyalur pupuk untuk tidak menaikan harga melebihi HET. Bagi yang ditemukan, kita langsung tutup,” katanya

Kenapa harus ia dilakukan sambung Syaifullah, karena salah satu indikasi penyebab kelangkaan pupuk di wilayahnya diduga karena terjadi permainan harga oleh oknum penyalur.

“Ini bisa ditarik kesimpulan bahwa penyebab kelangkaan pupuk karena adanya permainan harga? Bisa jadi, bisa,” jelasnya.

Lebih tegas Syaifullah, indikasi kuat dibuktikan adanya dua kios yang menjual pupuk bersubsidi dipaket dengan pupuk non bersubsidi. Namun, secara detail Sekda tak mau sebut kios dimaksud.

“Yang saya ketahui ada dua kios. Tak tahu daerah mana itu,”ungkapnya.

Sementara oknum yang diduga memainkan harga pupuk yang sudah ditangani oleh Polres. Pihaknya akan mengikuti perkembangan dan menyerahkan sepenuhnya pada kepolisian.

“Kita serahkan semua pada tingkat penyidikan ya,”urainya.

Pemkab akan terus bekerjasama dengan kepolisian dan TNI untuk menindak tegas adanya penyalur pupuk yang menjual harga melebihi HET.

Pesan Sekda, petani juga bisa melaporkan langsung ke Pemkab manakala menemukan adanya permainan harga.

“Bisa langsung melaporkan, bahkan syukur ada bukti ya. Jadi bisa kita tutup itu,” pungkasnya.

E-KORAN