Reporter : Terbitan Jatim

BANYUWANGI, Terbitan.com – Ketua Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA) Desa Lemahbang Dewo, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, mengaku jadi tidak nyaman terhadap pemilik rumah bernama H Agus yang berada di selatan jalan perbatasan antara Desa Lemahbang Dewo Kecamatan Rogojampi dengan Desa Lemahbang Kulon Kecamatan Singojuruh, tepatnya di pinggir jalan raya Rogojampi – Genteng.

Perasaan tidak nyaman terhadap H Agus selaku pemilik rumah tersebut, sebagaiman dikatakan Santosok pada Rabu (24/6/20) lalu kepada media ini.

Sekira satu bulan lalu ada proyek plengsengan di saluran air masuk wilayah sub blok di wilayahnya. “Namanya sub blok Lembayung. Itu pengakuan Hakim, asal Desa Parangharjo, Kecamatan Songgon, selaku pemborong sewaktu saya tanyai,” terangnya.

Osok, panggilan Santosok selaku Ketua HIPPA mengaku bertanya karena ingin tahu seberapa luasan dan panjang ukurannya yang dikerjakan dan berapa anggarannya. Karena dilokasi proyek tidak ada papan nama atau banner yang terpasang.

“CV apa saya juga tidak tahu. Terus ketika saya tanya berapa anggarannya, katanya kira-kira Rp 198.000.000,-,” sebut Osok menirukan ucapan si pemborong.

Dikatakan Osok, terkait tempat yang untuk menyimpan material, dirinya melakukan kesepakatan secara lisan.

“Saya carikan tempat untuk lokasi materialnya, tapi nanti setelah selesai kerja agar tempat tersebut dibersihkan seperti semula. Karena tempat tersebut lokasinya didepan rumah orang, tapi hingga sekarang sudah ada satu bulan lebih tempat tersebut masih belum dibersihkan dan tidak ada tanggung jawabnya. Ini yang membuat perasaan saya tedak enak dengan pemilik rumah, karena saya sering ditegur terkait sisa-sisa material yang kotor itu. Terlebih lokasinya berada dipinggir jalan,” sesal Osok.

Sementara Sanali, selaku juru air setempat saat dihubungi media ini melalui saluran selularnya mengatakan, proyek tersebut sepertinya tidak ada pemberitahuan ke pihak koordinator air setempat.

“Saya sudah memberi tahu, proyek itu harus dipasang banner dan mesti memakai molen. Tetapi ini malah mbandel. Sudah saya beritahu, kalau ada CV tolong kasih awar awar. Sebelum kerja juga harus ada pemberitahuan terlebih dahulu, harus ada molen dan papan nama. Semua itu sudah saya sampaikan kepada pelaksana yang survei awal. Tapi sampai sekarang saya juga tidak ngerti itu nama CV nya apa. Saya mau nanya Pak Haji malu, padahal tinggal ngurus gitu saja. Jadi kalau urusan lidah saya sudah bolak balik tantakan,” tandasnya. (HS)

E-KORAN